Playboy
Sorak sorai penonton kian menambah
semangat pemain sepak bola yang sedang bertanding. Pertandingan ini adalah
pertandingan yang sangat spektakuler antara dua sekolah. Adit sebagai kapten
tim dari SMA ANAK BANGSA bermain dengan lincahnya. Kapten yang satu ini emang
termasuk salah satu siswa keren di sekolahnya. Jadi wajarlah kalu penonton
meneriakkan dirinya. Pertandingan yang berlangsung selama 2x45 menit itu sangat
menegangkan, karena kedua tim tersebut sama-sama tangkasnya. Akan tetapi,
seiring berjalannya waktu dan permainan yang lincah, SMA ANAK BANGSA
memenangkan pertandingan dengan selisih skor 1.
Sebagai kapten, Adit
melambai-lambaikan tangan atas kemenangan timnya. Namun, betapa terkejutnya ia
ketika ia melihat salah seorang penonton dari arah Utara yang tak lain dan tak
bukan merupakan salah seorang pacarnya, si Andin. Dia memalingkan wajah kea rah
barat, di sana juga ada Meta yang juha pacarnya sedang melambaikan tangan.
Begitu juga saat ia memalingkan wajahnya kea rah Selatan, ia juga melihat
pacarnya Dina. Tak hanya itu, di saat ia melambaikan tangan kea rah timur, ia
juga melihat Nadia. Dia pusing 7 keliling. Keempat pacarnya ada di saat
bersamaan.
Dengan keadaan yang sangat
membingungkan ini, ia segera pergi ke ruang ganti untuk ganti pakaian sekaligus
menghindari ke-4 pacarnya tadi.
Sesampainya di ruang ganti, ia
membuka loker dan mulai membuka handphonnya. Di layar tertulis “4 Nem Message”.
Ia membuka pesan satu persatu.
“Andin : sayang, Andin mau lihat
kamu bertanding”.
“Meta : Adit, kamu dimana sich, aku
udah di stadion bola nih, mau lihat kamu bertanding”.
“Dina : Dit, aku sama temen-temen
lagi berangkat kea rah stadion nih”.
“Nadia : Aku udah di depan stadion
nih, kamu dimana say?”.
Adit menggaruk-garuk kepalanya yang
tidak gatal. Baru kali ini ia merasa kebingungan enggak bisa lagi berpikir. Lau
ia keluar dari kamar ganti dan melihat keadaan stadion sudah kosong, tak ada
lagi orang yang berada di sana. Dia sedikit tengang. Dengan santai ia berjalan
ke tengah stadion. Tiba-tiba
“Adiiiiiiiitttt”, panggil Meta.
“Ya sayang”, sahut adit dengan nada
manja
“Kamu tega banget sih, enggak balas
sms aku”, katanya
“Tadi handphone aku tinggal di
loker. Maaf ya, jangan marah ya”, jawab Adit
“Owg gitu. Iya deh enggak papa”,
kata Meta
“Thanks sayang, kamu baik deh”,
ujar Adit manja
“Adit!!”, panggil Nadia dari arah
pintu
Adit mulai kewalahan.
“Adit, kamu sama siapa nih?”, tanya
Nadia
“Aku ini pacar Adit”, tegas Meta
“Pacar??”, Tanya Nadia kebingungan
Namun belum juga Meta menjawab,
Dina datang bersama Andin. Kebetulan mereka saling kenal. Jadi mereka menemui
Adit bersama.
“Yang pacarnya itu aku”, sahut
Andin
“Andin, apa-apaan sih kamu, yang
pacarnya Adit ya aku. Kalian apa-apaan sih. Cuma aku pacar satu-satunya”, sela
Dina
“Jadi kalian semua ini pacarnya?”,
Tanya Meta
“Iya”, jawab mereka hampir kompakan
Lalu mereka saling bertatapan tiada
mengerti. Mereka yang selalu berpikir bahwa merekalah pacar satu-satunya Adit.
Malah di duakan dan bahkan di empatkan oleh Adit.
“Adit, tega banget sih kamu”, ucap
Meta
“Nih buat kamu”, kata Meta
Lalu tamparan keras mendarat di
pipi kanan Adit hingga memerah. “itu dari aku buat cowok kaya kamu”, kata Meta,
lalu ia pun pergi meninggalkan Adit.
“Ini dari aku”, kata Nadia, lalu
sebuah tamparan berhasil mendarat mulus di pipi kanan Adit. Rasa malu yang
diderita melebihi rasa sakit yang di rasakan. Belum lagi sakit tamparn itu
hilang, tiba-tiba terdengar suara.
“Kalau begitu kita PUTUS!!!”, ucap
Nadia dengan nada marah, lalu Nadia pergi meninggalkan Adit
“Aku juga sama, dit. Aku kecewa
sama kamu, mulai sekarang kita berakhir sampai di sini", tegas Dina yang
kemudian pergi menyusul Nadia pergi.
Kini tinggallah Adit dan Andin
berdua.
“Lalu kamu mau apa Ndin ?”, Tanya
Adit pada Andin
“Aku enggak mau apa-apa, aku Cuma
mau bilang, aku KECEWA sama kamu Dit. Aku enggak nyangka kamu yang aku sayang,
tega-teganya mengkhianati hubungan ini. Aku kecewa, aku kecewa Dit”, kata Andin
Kata-kata Andin ini menyentuh hati
Adit, apalagi Adit melihat Andin meneteskan air mata. Adit tak tahan melihat
ini semua. Kemudian Adit memeluk Andin seraya berkata
“Maafin aku Ndin”, ujar Adit
“Aku bisa maafin kamu. Tapi aku
enggak bisa lagi menjalin hubungan ini seperti dulu dengan mu”, jawab Andin
Andin melepaskan diri dari pelukan
Adit dan berlari meninggalkan Adit dengan linangan air mata. Adit masih terdiam
di tempat itu sambil melihat kepergian Andin. Tanpa terasa Adit meneteskan air
mata penyesalan.