Minggu, 14 Juli 2013



Di Balik Kepedihan Kutemukan Cinta Sejatiku

            Hari ke lewati demi hari. Seperti hari-hari biasa aku selalu tersenyum setiap harinya berkat dirinya yang selalu ada di sampingku.
            Dia adalah Agus. Cowok yang sangat aku sayangi dan aku cintai. Agus selalu bersikap baik kepadaku. Dia selalu membawakan aku cokelat kesukaanku. Apalagi saat-saat pertama kami pacaran. Betapa senangnya aku ketika dia memberiku hadiah kecil untuk pertama kalinya.
            “Ini hadiah buat kamu”, kata Agus
            “Apa ini???”, tanyaku penasaran
            Lalu aku mengambilnya dan membukanya. Ternyata yang ada di dalamnya adalah sebuah boneka kecil berwarna putih.
            “Makasih ya..”, ucapku padanya
            “Sama-sama. Jaga baik-baik ya..”, ujarnya
            Aku tersenyum kepadanya. Agus satu angkatan denganku. Namun hanya berbeda jurusan aja. Aku mecintai sifatnya yang alami dan aku menyukai perasaan yang hangat yang muncul ketika aku bersender di bahunya yang bidang.
            Tiga bulan telah kami lewati suka maupun duka. Namun, kebahagiaanku yang biasanya kurasakan kini sudah hilang. Aku masih tak percaya. Ini seperti mimpi buruk bagiku.
            Malam yang kelam sekelam hatiku saat ini. Beberapa jam lalu aku masih seperti biasa. Ceria. Menikmati kebahagiaanku. Tapi kini hanya gara-gara dia keceriaanku memudar dan berangsur-berangsur hilang. Beberapa detik yang lalu, mendengar keputusan sepihaknya mengakhiri hubungan yang selama ini kami jaga bersama. Tanpa aku tahu alasannya mengatakan semua itu.
            “Kita sampai disini aja, ya!”, kata Agus
            Aku masih belum percaya dengan apa yang dikatakan Agus.
            “Tapi kenapa?”,tanyaku
            “Maafin aku, Ndah. Aku rasa kita sudah tidak cocok lagi”,ujarnya
            Lalu dia pun menutup telefon itu, tanpa memberiku kesempatan lagi untuk berbicara
            Kini aku hanya bias meneteskan air mata. Walaupun sebenarnya tak ingin menangis. Tapi air mata ini tetap saja mengalir membasahi pipiku. Kenapa Agus bersikap seperti ini padaku?
            “Ada apa sebenarnya dengan dirimu?”, tanyaku dalam hati
            Hatiku sangat hancur. Aku kecewa. Agus yang biasa bersikap baik dan lembut, kini perkataannya menyakitkan perasaanku.
            “Mengapa kamu berubah? Dimanakah janji yang dulu pernah kamu ucapkan?”, teriakku dalam hati

            Hari-hari kulewati tanpa dirinya. Sulit rasanya diriku untuk melupakannya. Kejadian itu selalu menjadi pikiranku. Hingga aku jatuh sakit karena memikirkan hal itu.
            “Sudahlah Indah. Enggak ada gunanya kamu mikirin dia terus, toh dia juga belum tentu mikirin kamu”, kata Lia
            Lia sahabatku yang selalu setia menemaniku. Baik saat senang maupun sedih. Dia yang selalu menghapus air mataku saat aku sedang bersedih.
            “Tapi aku sayang banget….”
            Belum selsesai aku bicara, Lia memotong perkataanku.
            “Tapi dia belum tentu syang sama kamu. Mungkin kalian sudah ditakdirkan untuk tidak bersama. Mungkin dia memang bukan yang terbaik buat kamu”, katanya
            “Tapi Lia…..”
            “Sudahlah Ndah. Lupakan dia sekarang. Hidup kamu masih berarti tanpa dirinya. Suatu saat nanti pasti kamu menemukan cowok yang lebih baik dari Agus”, ujarnya tegas
            Aku diam sejenak memikirkan perkataan Lia. Menurutku perkataannya ada benarnya juga.
            “Aku akan mencoba melupakannya dari sekarang”, kataku sambil tersenyum
            “Gitu dong! Udah bisa senyum lagi. Kamu kelihatan lebih cantik dengan tersenyum. Lupakan Agus!! Aku gak mau sahabatku ini sakit lagi karena dia”, ujar Lia
            “Makasih Lia”, kataku sambil memeluknya erat
            Dia pun membalas dengan senyum manisnya.
            Setelah mendapat nasihat dari Lia, aku sudah mulai bisa mengontrol diriku. Aku tidak kesepian lagi walaupun tanpa Agus, karena Lia selalu ada di sampingku. Dia selalu membuat aku tertawa setiap harinya.

            Hari berganti hari. Bulan berganti bulan. Tak terasa setahun sudah. Aku sudah melupakan Agus dari didupku.
            Saat ini ada seorang cowok yang lagi deketin aku. Namanya Adi. Paras wajahnya sangat biasa. Tapi aku selalu nyaman setiap berada di dekatnya. Suatu hari dia mengatakan sesuatu yang tidak aku duga.
            “Apakah kamu bersedia menjadi pacarku?”, kata Adi serius
            Aku terdiam memikirkan perkataan Adi. Apa yang harus aku jawab. Aku bngung. Karena masih ada sedikit rasa trauma di diriku.
            Tapi aku merasa ada perasaan yang berbeda jika lagi deket sama Adi. Mungkin aku juga menyukainya. Tapi aku enggak tahu kenapa bisa suka sama dia. Padahal dia orangnya biasa dan tidak ada yang istimewa dari fisiknya. Entah kenapa akhirnya aku menerimanya juga.
            “Jika kamu yakin, aku mau nerima kamu”, jawabku
            Dia tersenyum.
            “Aku berjanji tidak akan menyakitimu”, ujarnya
            “Aku harap kamu bisa pegang janji itu”, ujarku
            “Aku janji akan pegang janjiku”, katanya lagi
            “hmm.. ia aku percaya”, ujarku sambil tersenyum
           
            Kami jalani hubungan kami dengan baik. Belum ada pertengkaran yang terjadi diantara kami. Dia sangat perhatian dan selalu menjagaku sebagai wanita. Dia sering mengatakan tidak ingin kehilangan diriku. Dan dia juga ingin memiliki diriku seutuhnya untuk selamanya. Aku sangat senang mendengar itu semua.
            Tak terasa tamatlah sudah kami dari SMA. Kami sama-sama lulus dengan nilai yang memuaskan. Walaupun kami akan berpisah, tapi hubungan kami masih tetap berlanjut. Dan dia pun tetap dengan janjinya. Dia belum pernah menyakitiku. Hudupku semakin ceria semenjak aku pacaran sama Adi. Aku sangat menyayanginya.
            Akhirnya kami pun sama-sama melanjutkan kuliah di Perguruan Tinggi Negeri.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar