Di Balik Kepedihan
Kutemukan Cinta Sejatiku
Hari ke lewati demi hari. Seperti
hari-hari biasa aku selalu tersenyum setiap harinya berkat dirinya yang selalu
ada di sampingku.
Dia adalah Agus. Cowok yang sangat
aku sayangi dan aku cintai. Agus selalu bersikap baik kepadaku. Dia selalu
membawakan aku cokelat kesukaanku. Apalagi saat-saat pertama kami pacaran.
Betapa senangnya aku ketika dia memberiku hadiah kecil untuk pertama kalinya.
“Ini hadiah buat kamu”, kata Agus
“Apa ini???”, tanyaku penasaran
Lalu aku mengambilnya dan
membukanya. Ternyata yang ada di dalamnya adalah sebuah boneka kecil berwarna
putih.
“Makasih ya..”, ucapku padanya
“Sama-sama. Jaga baik-baik ya..”, ujarnya
Aku tersenyum kepadanya. Agus satu
angkatan denganku. Namun hanya berbeda jurusan aja. Aku mecintai sifatnya yang
alami dan aku menyukai perasaan yang hangat yang muncul ketika aku bersender di
bahunya yang bidang.
Tiga bulan telah kami lewati suka
maupun duka. Namun, kebahagiaanku yang biasanya kurasakan kini sudah hilang.
Aku masih tak percaya. Ini seperti mimpi buruk bagiku.
Malam yang kelam sekelam hatiku saat
ini. Beberapa jam lalu aku masih seperti biasa. Ceria. Menikmati kebahagiaanku.
Tapi kini hanya gara-gara dia keceriaanku memudar dan berangsur-berangsur
hilang. Beberapa detik yang lalu, mendengar keputusan sepihaknya mengakhiri
hubungan yang selama ini kami jaga bersama. Tanpa aku tahu alasannya mengatakan
semua itu.
“Kita sampai disini aja, ya!”, kata
Agus
Aku masih belum percaya dengan apa
yang dikatakan Agus.
“Tapi kenapa?”,tanyaku
“Maafin aku, Ndah. Aku rasa kita
sudah tidak cocok lagi”,ujarnya
Lalu dia pun menutup telefon itu,
tanpa memberiku kesempatan lagi untuk berbicara
Kini aku hanya bias meneteskan air
mata. Walaupun sebenarnya tak ingin menangis. Tapi air mata ini tetap saja
mengalir membasahi pipiku. Kenapa Agus bersikap seperti ini padaku?
“Ada apa sebenarnya dengan dirimu?”,
tanyaku dalam hati
Hatiku sangat hancur. Aku kecewa.
Agus yang biasa bersikap baik dan lembut, kini perkataannya menyakitkan
perasaanku.
“Mengapa kamu berubah? Dimanakah
janji yang dulu pernah kamu ucapkan?”, teriakku dalam hati
Hari-hari kulewati tanpa dirinya.
Sulit rasanya diriku untuk melupakannya. Kejadian itu selalu menjadi pikiranku.
Hingga aku jatuh sakit karena memikirkan hal itu.
“Sudahlah Indah. Enggak ada gunanya
kamu mikirin dia terus, toh dia juga belum tentu mikirin kamu”, kata Lia
Lia sahabatku yang selalu setia
menemaniku. Baik saat senang maupun sedih. Dia yang selalu menghapus air mataku
saat aku sedang bersedih.
“Tapi aku sayang banget….”
Belum selsesai aku bicara, Lia
memotong perkataanku.
“Tapi dia belum tentu syang sama
kamu. Mungkin kalian sudah ditakdirkan untuk tidak bersama. Mungkin dia memang
bukan yang terbaik buat kamu”, katanya
“Tapi Lia…..”
“Sudahlah Ndah. Lupakan dia
sekarang. Hidup kamu masih berarti tanpa dirinya. Suatu saat nanti pasti kamu
menemukan cowok yang lebih baik dari Agus”, ujarnya tegas
Aku diam sejenak memikirkan
perkataan Lia. Menurutku perkataannya ada benarnya juga.
“Aku akan mencoba melupakannya dari
sekarang”, kataku sambil tersenyum
“Gitu dong! Udah bisa senyum lagi.
Kamu kelihatan lebih cantik dengan tersenyum. Lupakan Agus!! Aku gak mau
sahabatku ini sakit lagi karena dia”, ujar Lia
“Makasih Lia”, kataku sambil
memeluknya erat
Dia pun membalas dengan senyum
manisnya.
Setelah mendapat nasihat dari Lia,
aku sudah mulai bisa mengontrol diriku. Aku tidak kesepian lagi walaupun tanpa
Agus, karena Lia selalu ada di sampingku. Dia selalu membuat aku tertawa setiap
harinya.
Hari berganti hari. Bulan berganti
bulan. Tak terasa setahun sudah. Aku sudah melupakan Agus dari didupku.
Saat ini ada seorang cowok yang lagi
deketin aku. Namanya Adi. Paras wajahnya sangat biasa. Tapi aku selalu nyaman
setiap berada di dekatnya. Suatu hari dia mengatakan sesuatu yang tidak aku
duga.
“Apakah kamu bersedia menjadi pacarku?”,
kata Adi serius
Aku terdiam memikirkan perkataan
Adi. Apa yang harus aku jawab. Aku bngung. Karena masih ada sedikit rasa trauma
di diriku.
Tapi aku merasa ada perasaan yang
berbeda jika lagi deket sama Adi. Mungkin aku juga menyukainya. Tapi aku enggak
tahu kenapa bisa suka sama dia. Padahal dia orangnya biasa dan tidak ada yang
istimewa dari fisiknya. Entah kenapa akhirnya aku menerimanya juga.
“Jika kamu yakin, aku mau nerima
kamu”, jawabku
Dia tersenyum.
“Aku berjanji tidak akan
menyakitimu”, ujarnya
“Aku harap kamu bisa pegang janji
itu”, ujarku
“Aku janji akan pegang janjiku”,
katanya lagi
“hmm.. ia aku percaya”, ujarku
sambil tersenyum
Kami jalani hubungan kami dengan
baik. Belum ada pertengkaran yang terjadi diantara kami. Dia sangat perhatian
dan selalu menjagaku sebagai wanita. Dia sering mengatakan tidak ingin
kehilangan diriku. Dan dia juga ingin memiliki diriku seutuhnya untuk
selamanya. Aku sangat senang mendengar itu semua.
Tak terasa tamatlah sudah kami dari
SMA. Kami sama-sama lulus dengan nilai yang memuaskan. Walaupun kami akan
berpisah, tapi hubungan kami masih tetap berlanjut. Dan dia pun tetap dengan
janjinya. Dia belum pernah menyakitiku. Hudupku semakin ceria semenjak aku
pacaran sama Adi. Aku sangat menyayanginya.
Akhirnya kami pun sama-sama
melanjutkan kuliah di Perguruan Tinggi Negeri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar