Kamis, 06 Juni 2013


Tak terasa waktunya, Apa yang di katakannya kemarin itu benar terjadi, malam itu juga ia pergi meninggalkanku. Sahabat yang ku sayamgi telah pindah. Aku mengerti apa yang di alaminya saat itu. Hanya karena terlilit hutang itu masalahnya. Aku dan orangtuaku hanya membantu sebisanya. Komputer yang Santi miliki itu telah di jual semua kepada Ayahku. Barang-barang rumah tangga juga di beli oleh Ibuku darinya. Ayahku juga memberi uang 5 juta untuk melunasi semua hutang-hutangnya kepada orang yang memberi pinjaman pada keluarga Santi.
Memang banyak jasa-jasa kami di mata mereka. Tetapi kadang perkataan orangtuaku di hiraukan begitu saja oleh orangtua Santi, Keluarga itu bersikeras untuk kabur dari rumah karena tidak sanggup lagi untuk melunasi hutang mereka termasuk kepada Bank dan rentenir.
Kini sudah 2 sahabat yang meninggalkanku, yang pertama Zakiyah, ia sahabatku sewaktu TK sampai sekarang. Ia memilih sekolah di pesantrern Jakarta karena keinginan dari Ayahnya. Memang kami masih bisa bertemu tapi itu pun jarang hanya 1 tahun sekali. Sekarang Santi yang meninggalkanku, betapa sedihnya aku saat itu. Di tinggal sahabat adalah hal yang paling menyedihkan saat itu. Betapa tidak, aku, Zakiyah dan Santi selalu bersama. Kadang kami bercanda, tertawa bersama dan bertukar pikiran.
Pernah suatu hari sebelum Zakiyah pindah untuk bersekolah di Jakarta, kami duduk santai di taman kota, kami bercerita banyak hal, bercerita betapa serunya pengalaman pribadi masing-masing.
Di mulai dengan Bismillah Zakiyah mulai bercerita “Aku masih ingat waktu dulu, waktu masih ada Mama. Mama kandungku, ia selalu menyuapiku dan adikku juga, Kadang bila Reyhana datang ke rumah dia juga di ajak makan sama Mama, Bahkan Reyhana ikut di suapi sama Mama. Iya kan An?” Lalu iya beralih kepadaku dan aku mengiyakan perkataannya.
“Oh ya sekarang giliranku ya, boleh gak?” Tanyaku pada Zakiyah dan Santi. “Iya boleh!” Sahut mereka serenpak. Aku pun mulai melanjutkan pembicaraan ini dan aku mulai bercerita. “Ini kisah ku waktu kelas 2 SD, Waktu aku di ajak orangtuaku ikut pergi ke pantai Tangkisung Bsnjarmasin, di waktu Liburan sekolah Adikku. Ceritanya begini…” dan bla bla bla aku bercerita cukup panjang hingga membuat aku kehausan.
“Nah, sekarang giliran kamu Santi.” Ucap Zakiyah dan mempersilahkan untuk memulai ceritanya. “Hmmm..” gumamnya. Sepertinya ia bingung harus bercerita apa. “gak usah di paksakan kalau kamu bingung.” Kataku.
“Iya An, A..a..aku…” Katanya terbata-bata. “Kenapa?” tanyaku heran. “Aku sedih bila harus berpisah dengan Zakiyah.” Lanjutnya lagi, perlahan ia mulai mengeluarkan air mata. Aku pun ikut bersedih. Kami tidak ingin kehilangan sosok Zakiyah yang seelalu ada buat kami. kami cukup bahagia bisa bersamanya selama ini.
“Santi, Reyhana, kalian jangan bersedih, aku di sini hanya menuruti keinginan Ayahku. Kita pasti bertemu lagi, kita bisa kumpul bersama lagi, jadi jangan khawatir.” Kata Zakiyah. Tak terasa suasana yang tadinya bahagia kini menjadi kesedihan.
Hampir tiga tahun ini akui tidak bertemu Zakiyah dan Santi dan selama itulah aku mengingat sesuatu. Santi berpamitan denganku.
“Reyhana!” teriak santi dari belakang, ia lalu berlari menghampiriku. “Iya ada apa Santi?” Tanyaku heran. “Ada yang harus aku bicarakan Padamu.” Kata santi pelan. “Apa itu?” tanyaku lagi. “Sudah ikut aja.” Santi lalu menarik tanganku untuk menuju ke suatu tempat di mana aku, Zakiyah dan Sant selalu bersama.
“Kamu sudah tau kan masalah dalam keluargaku?” Tanyanya. Aku pun mengangguk menandakan tahu dengan masalah yang menimpa keluarganya. “Aku akan pergi.” Katanya berterus terang. “Tapi kenapa?” Tanyaku. aku rasanya tak percaya bila Santi harus meninggalkanku sendiri tanpa dia.
“Kamu tau kan keluargaku terlilit banyak hutang, orang tuaku tak sanggup untuk melunasinya.” Katanya dengan nada pelan. Aku hanya terdiam menatap dirinya yang kecil itu harus pergi jauh. Lalu ia melanjutkan perkataannya itu. “Ini rahasia, aku dan keluargaku memutuskan kabur dari rumah. Jaga dirimu baik baik Reyhana.” Ia lalu mengakhiri perkataannya. Dan menghapus semua air matanya.
“Jangan lagi, setelah Zakiyah, kenapa kamu juga ikut pergi? Aku tak ingin kau jauh dariku.” Kataku dengan air mata yang telah membasahi pipiku. Santi lalu memelukku dan menghapus semua air mataku. Lalu ia pergi begitu saja tanpa memperdulikan aku.

Tak terasa sudah, ini adalah hari terakhirku di sekolahku yang telah memberikan banyak kenangan di sana. Sekolahku MASAMUDA (MTs Muhammadiyah 2)-ku, guru-guruku, teman-temanku dan adik-adikku semua, mereka adalah kenangan terindahku. Banyak hal yang aku dapat dari mereka semua yaitu kebersamaan dan persaudaraan. Tak akan ku lupakan kenangan indah bersama kalian sampai akhir hayatku, Itu janjiku.
Perpisahan ini merupakan kebahagiaan sekaligus kesedihan. Ya aku bahagia karena bisa melanjutkan sekolah ke MA nantinya dan sekaligus sedih karena berpisah dengan orang-orang yang ku sayangi di sekolah ini.
Setelah aku berdiri di atas panggung untuk membacakan puisi TERIMAKASIH GURUKU aku lalu kembali duduk di tempat dudukku dengan air mata ini. Tak rela rasanya bila berpisah dengan orang yang ku sayang. Sekolahku, guruku, teman-teman dan adik-adikku serta sahabatku Zakiyah dan Santi. Kalianlah sumber kebahagiaanku. Kalian akan selalu ku ingat selamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar