Rabu, 05 Juni 2013



Restaurant Farmshy sangat ramai. Segerombolan anak SMA yaitu Nonna, Tara, Viana, Frana, Avvy, Zaneta, Nasya, Callista dan Tella sedang berada disana untuk merayakan ulang tahun Vasy. “Haduh, kok kuenya belum datang-datang sih? Harusnya sudah datang setengah jam yang lalu!” keluh Vasy. “Iya nih, aku tanya ke pelayannya deh!” Kata Avvy kesal lalu bergegas menanyanyai pelayan. Tiba tiba terdengar suara teriakan “He, lihat tuh, si Avvy malah malu karena kuenya baru aja mau di antar, hahhaha!” kata Nesya melihat Avvy langsung mati gaya karena malu di kasir, semua anak tertawa. “Ternyata kuenya baru mau di antar!” Kata Avvy setelah sampai di tempat duduknya kembali. “Makanya, gak sabaran sih kamu!” kata Nonna sambil cekikikan. “Ih, lo kok malah ngetawain aku sih?!” sahut Avvy kesal. “Tuh! Tuh datang kuenya!” kata Tara dan Viana bersemangat.
Kue itu cheesecake berhiaskan buah-buahan, sangat cantik, dan kelihatannya lezaat. “Kuenya di potong dong, gue lapar nih!” Tella berkata seraya memegang perutnya “Ok, tapi nyanyi dulu ya!” Sahut Vasy. Beres.. ayo kita nyanyi untuk vasy.. gue suara sopran yaa! Kita pecah suara… tu wa ga tella berteriak memberi aba aba.. Happy Birthday Vasy…” semua temannya bernyanyi.
Akhirnya lagu pun selesai dan Vasy memotong kuenya. “Enak tidak?” tanya Vasy. “Yap, sangat enak tepatnya!” Kata Zaneta sambil melahap banyak kue, pantas perutnya gendut, suka makan makanan manis sih! “Nonna, Tara, foto dong sama gue!” Kata Vasy kepada Nonna dan Tara. Mereka lalu berfoto bersama. Kemudian mereka bersenang-senang sampai pkl. 21.00.
“sudah malam nih, mau pulang tidak? Kita kan sudah selesai acaranya!” keluh Tella sekali lagi. “Oh iya, bener tuh Tel! Yuk, naik mobil aku!” Kata Vasy. Semua anak lalu masuk ke dalam mobil Fortuner milik Vasy.
Keesokan harinya, pagi-pagi…“ Tara! Cepat masuk ke mobil Papa! Nonna sudah menunggu kamu!” Kata Papa tegas. “Iya Pa! Tara tinggal pakai bando kok!” kata Tara cepat. Beberapa menit kemudian mobil sudah tidak ada di garasi melainkan di jalan. “Tara! Buku les kakak kettinggalan! Gimana nih?” Kata Nonna tak tenang. “Ya sudah, nanti Papa ambilkan di rumah!” Kata Papa menenangkan Nonna. “Ra, siap-siap turun ya? Sudah mau sampai nih!” kata Nonna mengingatkan.
Akhirnya mereka sampai di kuliah. Mereka melihat jam, yah, sudah terlambat deh! “Ra, Non, kok belum masuk kelas?” Kata Bu Rayni, dosen inggris di universitas. “Ngg.. ngg… ke toilet Bu!” Kata Nonna tergagap, Ia memang berbohong. “Haa? Ke toilet? Masa? Saya sudah tahu muslihat anak-anak yang terlambat!” Sahut Bu Rayni tegas. “Cepat! Kalian berdiri di lapangan sampai sekolah berakhir, kira-kira 9 jam!” kata Bu Rayni lalu pergi. “Ufh, karena kamu terlalu banyak berdandan sih Ra!” Kata Nonna kesal. “Ih, kok malah aku yang di salahin!” Kata Tara ikut-ikutan kesal. “Ahh, sudahlah lupakan saja, sekarang nasib kita bagaimana nih?” kata Tara. “Ahaa!” teriak Nonna mendapat ide. “Kita pura-pura beli buku di koperasi nanti kabur deh, tapi… itu berarti kita kaburnya ke rumah dong.. tapi kalo ketahuan Mama kita bolos, gawat!!” Kata Nonna kecewa tidak bisa memakai idenya. “Boleh juga tuh Non!” Kata Tara setelah beberapa lama. “Hello! Kita tidak boleh membolos, kalau di lihat sama Mama pasti deh dia marah besar!” Kata Nonna lagi. Tara menghela nafas panjang. “Ya sudah kita ke restoran aja baru nanti ke rumah pas jam sekolah sudah selesai!” kata Tara lagi. “Boleh juga ide kamu tuh Ra!” kata Nonna.
Setelah mempersiapkan semuanya mereka menjalankan rencananya. “Mbak, beli kotak pensil dong, satu!” kata Nonna pada Mbak Fisyta, penjaga koperasi. Mbak Fisyta segera mengambil alat tulis dari laci di belakangnya.. Saat Mbak Fisyta tidak melihat mereka, mereka segera berlari ke luar sekolah diam-diam, tanpa di ketahui satpam. Mereka lalu pergi ke restoran di mal. Tak lama kemudian mereka sudah makan. “Enak tidak Kak?” kata Tara. “Emnaghk!” kata Nonna dengan mulut penuh. “Non! Telan dulu baru bicara!” kata Tara lagi. Nonna menelan makanannya. “Enak!” kata Nonna lagi.
Kemudian mereka shopping baju, tas, kosmetik, dan lain-lain. “Pakai merek Wristley aja Kak!” kata Tara. “Nggak mau! Kakak mau pakai yang merek Chrissile!” kata Nonna, mereka memang berlawanan arah kalau tentang merek! Saat jam menunjukkan pk 15.00 Tara dan Nonna pulang ke rumah. “Tara, Nonna! Kok kamu kata Bu Rayni kabur dari sekolah?” Tanya Mama. Tara dan Nonna sangat kaget mendengarnya. “Ngg..ngg.. nggak kok Ma, aku tadi sama Tara hanya ke toilet, nah mungkin Bu Rayni ngeliatnya pas aku lagi ke toilet jadi di sangka kabur!” Kata Nonna sekenanya, karena hanya itu yang melintas di otaknya. “Masaa?” Tanya Mama sekali lagi. “Iya!” kata Tara tegas. “Ok, Mama percaya sama kamu ya?” kata Mama lalu pergi ke dapur.
Nonna dan Tara saling berhadapan cemas. “Kamu sih, sok tegas, Ra!” kata Nonna menyalahkan Tara. “Nggak kok Na, kamu aja kali yang selalu salahin aku!” kata Tara lalu masuk kamar dengan marah. Nonna memandangnya sedih. Ia segera masuk kamar juga. “Mmmhhh.. Apa sikap aku yang nuduh Tara itu keterlaluan? Tapi kan memang dia yang salah? Ahh sudahlah, kalau memikirkan itu nanti bisa ubanan aku ini!” gumam Nonna lalu membenamkan dirinya ke selimut. “Banyak PR lagi nih! Mau mengerjakan yang mana dulu ya?” Gumam Tara di kamarnya. “Matematika dulu deh!” gumam Tara lagi. Ia lalu mengerjakan PR Matematikanya. Tiba-tiba ia teringat Nonna. Pulpen yang dipegangnya diketuk-ketukkan ke meja belajarnya. “Nonna… hmm.. dia suka nuduh-nuduh, biarlah perkataanku tadi menjadi pelajaran untuknya!” gumam Tara tak mau ambil pusing. Ia memang orang yang tidak mau ambil pusing. Kedua saudara itu kesamaannya adalah tidak mau ambil pusing sama sekali. Namun mereka berdua tak luput dari kebohongan mereka tadi, mereka sangat takut ketahuan oleh Mamanya. Tara sih tidak mau ambil pusing lagi, ia malah tidur! Tapi berbeda dengan Nonna, ia pasti yang disalahkan jika ketahuan karena dia kan lebih tua dari Tara dan pasti mama akan bilang kan kamu lebih besar kenapa tidak mengalah?
Keesokan harinya di kuliah, banyak anak-anak menjauhi Tara. Hari pertama sih Tara masa bodoh, tetapi hari-hari berikutnya ia mulai kesal. Bahkan sahabatnya, Frana dan Viana, turut menjauhinya. Setiap kali Tara ke meja Frana, Frana selalu pergi tanpa mengatakan apa-apa. Begitu pula kalau ia ke meja Viana, anak itu langsung pura-pura mengerjakan soal dan mengabaikan Tara. Tara awalnya berfikir mereka bercanda, namun lama-lama ia kehilangan akal positifnya dan mulai berfikir negatif. Ia mulai berfikir Kakaknya yang mempengaruhi Viana dan Frana. Hubungan mereka kemarin kan memang kurang baik. “Mungkinkah Kakakku sendiri yang membuat mereka seperti ini?” gumam Tara bingung. Namun hati kecilnya seperti berkata tidak.
Tara lalu memesan 10 mie goreng jumbo di gabung dalam 1 piring di kantin, kalau stres memang sifatnya seperti itu. Sementara itu Nonna di kelasnya sedang mengobrol dengan Viana dan Frana. Ada 1 teman yang tidak menjauhinya, yaitu Tiara. Ia memang sangat baik. Suatu pagi ketika Tara belum tiba di ruang kelas, Tiara menghampiri Frana dan Viana lalu berbisik-bisik. Frana dan Viana membalas bisikannya lalu pergi. Tara sangat bingung mendapati tak ada satu orangpun di kelasnya. “Biasanya kan Tiara sudah datang, kemana ya anak itu?” gumam Tara. Ia menaruh tas di tempat duduknya lalu mulai menjelajah sekolah mencari Tiara. Namun ia tidak menemukan Tiara. Karena lelah berjalan ia beristirahat di kantin. Tiba-tiba ia melihat sesuatu yang mengejutkan! Matanya terbelalak. Sambil mengerjap-ngerjapkan mata ia berjalan ke arah kejadian itu.
Di kelasnya, Nonna sedang bersenang-senang dengan teman-teman Tara dan teman sekelasnya. Tara mengingtip lewat lubang pintu yang menghubungkan kantin dan kelas kakaknya itu. Kali ini ia benar-benar curuiga! Jangan-jangan kakaknya yang menyebabkan ia dijauhi oleh seluruh sekolah! Sekarang ini Tara sangat kesal dengan Kakaknya. Ia tidak mau berbicara apa-apa pada Nonna! UTS hari ini tidak dijalani Tara dengan baik, kekesalannya pada Nonna mengganggu pikirannya. “Tara! Perhatikan ya kalau saya menjelaskan!” kata guru Biologi hari ini. Begitu juga saat UTS : “Tara! Kok kamu bengong aja sih? Cepat kerjakan soalnya! Kamu tidak mau lulus haaa?” kata Ibu Sri, wali kelasnya sekaligus guru matematika.
Suatu pagi Nonna datang menghampiri Tara. “Tara, ke kantin yuk!” Kata Nonna lembut. Tara disitu masih kesal sehingga mengabaikan kakaknya itu. “Tara! Kita ke kantin yuk!” kata Nonna lagi. Tara mengabaikan Nonna lagi lalu pergi begitu saja. “Hmmm…” gumam Tara. “Kenapa kak Nonna baik sama aku?” gumam Tara lagi. Walaupun masih bingung Tara tetap tidak mau ambil pusing. Masih ingat Tiara? Itu loh sahabatnya Tara, masa sih lupa? Tiara sekarang sudah menjauh dari Tara sama seperti teman yang lainnya.
Setelah pulang dari sekolah, Tara cepat-cepat langsung menuju kamar Mommynya. “Mom! Kenapa sih aku dijauhi terus setiap hari sama temen sekolahku?” kata Tara. “Loh, memang Tara dijauhi sama 1 sekolah?” kata Maminya bingung. “Iya Mi!” jawab Tara kecut. “Mmm.. kamu ingat-ingat saja dulu, kamu pernah buat salah sama mereka atau apapun lah yang bikin mereka sakit hati dan marah! Nah Mama mau ke dapur dulu ya, mau masak makan siang buat kamu dan Nonna!’ kata Mama lalu bergegas ke dapur.
Hmmm… Tara termenung. “Memang aku pernah buat salah ya? Kayaknya nggak deh!” gumam Tara. Tak lama harum spaghetti bolognes mulai tercium, Tara ingat Mamanya kan membeli banyak sekali pasta spaghetti, sausnya dan dagingnya. Ternyata sudah ada spaghetti Bolognes bersama Mamanya. “Mama! Aku gak ada salah sama mereka kok!” kata Tara. “Kalau sama Nonna?” kata Mama hati-hati. Tara terkejut bukan main! “Loh, kok Mama bisa tau?” tanya Tara. Matanya menatap Mama lurus. “Lah, kemarin bukannya kamu bertengkar?” tanya Mama. “Mama tau dari mana sih?” kata Tara bingung. “Hey, Mama itu tau segalanya tentang kamu!” Kata Mama. “Maksud mama kak Nonna yang bikin teman aku menjauhi aku?” Sahut Tara. “Hey, Mama mau makan dulu! Oh ya ini rotinya buat makanan pembuka, dan tuh pudingnya buat dessert!” Kata Mama lalu mulai menggigit roti isinya. “Oke, tapi Mama belum menjawab pertanyaanku tadi!” Kata Tara berkeras. “Kamu ngerti kata makan gak sih Tara! Mama tidak bisa menikmati makanan nih kalau kamu nanya terus!” kata Mama sambil bergegas menggigit roti nya.
“Hai semuaaa!” Nonna mengagetkan Tara yang sedang mengobrol dengan Mama di meja makan. Mendengar suara Nonna, Tara kembai ke kamarnya sambil membawa makan siangnya. “Ta!” panggil Nonna. “kamu kenapa sih?” kata Nonna spontan bertanya. “Aku tak tahu maksudmu! Oh ya aku hanya mau makan di tempat tidur ada yang salah?” kata Tara. “Sudah! Sudah! Nonna, ayo makan!” kata mama melerai. “Tuh roti kamu sama makaroni keju -dan dessert chocolate lava cake.” “Okay Mom!” kata Nonna. “Omong-omong tadi adik kamu bertanya soal dia dijauhi temannya, kamu yang melakukan itu Nonna?” kata Mama. Nonna tak menjawab dan memakan makaroni kejunya. “Hey, Nonna! Makan rotinya dulu!” kata Mama mengingatkan. “Mommy untuk apa menanyakan hal itu pada Nonna? Mommy curiga sama Nonna?” sahut Nonna lalu menggigit rotinya. “Bukan begitu Non, tapi adik kamu di jauhi terus sama teman sekolahnya. Kalau memang kamu yang membuat teman-temannya seperti itu, lebih baik jangan dilakukan lagi.” Kata Mama seraya makan spaghetti bolognesnya. “Tapi bukan aku yang membuat temen-temennya seperti itu, kenapa sih semua curiga sama aku? Aku ke kamar saja deh!” jawab Nonna ketus.
Ibunya tersenyum, matanya berbinar-binar. Ia tahu siapa pelakunya. Ia mendatangi Vivin, tetangganya lalu meminta sedikit bantuan agar Nonna dan Tara bisa berbaikan. “Tante, Vivin tak bisa melakukan hal itu. Minta saja pada Caca.” Kata vivin. Ibu Tara dan Nonna mendatangi rumah Caca untunglah ia setuju. Tata, teman Nonna juga ikut serta. “Nonna, ini ada chocolate lava cake dan es krim kue.” Kata Ibunya. “Iya bu!” jawab mereka serempak lalu keluar dari kamar. “Loh, yang Ibu panggil kan hanya Nonna.” Kata Ibunya. Tara kembali ke kamar sambil membanting pintu membayangkan kakaknya, Nonna yang akan menghabiskan makanan yang enak-enak itu “Nonna, silahkan duduk sebentar!” kata Caca yang menyamar menjadi pelayan. “Siapa kamu?” kata Nonna bingung. Ibunya tak mempedulikan pertanyaannya. Ibunya merangkaikan sebuah bunga untuk Nonna. Di sana ada secarik kertas. Isinya: ‘Nonna kalau engkau pelakunya tolong cium bunga ini, kalau bukan kamu pelakunya tolong buang bunga ini. Tolong yang jujur.’ Nonna membaca isinya. Dengan ragu, ia membuang bunga itu. “Kamu yakin atas keputusanmu?” tanya Ibunya. “Yakin!” kata Nonna tegas. Ibunya kali ini memberi fortune cookies. Kertas di dalamnya berbunyi: Lalu siapakah yang melakukannya? Nonna ragu memberikan jawabannya. Tiba-tiba datang Tata. Ia mendesak Nonna agar mau memberikan jawabannya. “Itu teman Tara sendiri, Tiara, Frana, dan Viana. Mereka menghasut seluruh sekolah agar membenci Tara dengan alasan mereka iri pada Tara, alasan yang tidak masuk akal kan? Padahal mereka lebih cantik dari Tara. Mereka hanya berpura-pura baik pada Tara. Nonna memang pernah bertengkar denganku namun aku tak pernah tega melakukan itu. Waktu itu aku berkumpul dengan mereka agar aku tidak ikut dimusuhi!” kata Nonna panjang lebar. Ibunya menyuruh Nonna kembali ke kamarnya. Tara lalu di ajak berunding. “Aku mau memaafkannya kok.” Kata Tara. Mereka lalu berbaikan.
Keesokan paginya, mereka makan sarapan. Frana, Viana, Tara terkejut melihat Tara marah pada mereka. “Ra, yang buat kamu kayak gini tuh Nonna, kamu waktu itu dibohongin sama dia.. dia yang cerita sama aku.” Kata Lira, kakak kelasnya. Setelah mendengar keterangan Tara. Tara terkejut dan marah. Pulang sekolah ia menceritakan keterangan Lira kepada Ibunya. Ibunya tak terkejut. “Ibu sudah tahu itu sayang. Ibu hanya mau menunggu sampai Nonna mengaku dan meminta maaf.” Kata Ibunya bijak. Tara kesal sekali. Nasi dan nugget yang dimakannya menjadi pahit. “Halo semua, halo adikku sayang!” kata Nonna. Tara tak peduli dengan sapaan Nonna. Ia memilih makan di kamar. “Ibu, kenapa Tara seperti itu?” tanya Nonna. “Ibu tidak tahu. Non, tapi ibu hanya punya satu nasihat untukmu: kalau kamu melakukan kesalahan, mengakulah dan meminta maaf.” Kata Ibunya. “Nah ini makan siangmu, pudding, Pasta, dan beberapa butir almond dan selai dengan wafel.” Lanjut Ibunya. Nonna menjadi keringat dingin mendengar Ibunya mengatakan ‘jika kamu melakukan kesalahan, mengakulah, dan meminta maaf‘. “Nonna, ayo makan! Kamu kan mau les!” kata Ibunya. Nonna makan dalam diam.
Nonna lalu berkemas-kemas dan pergi les. Disana Larry sedang duduk, juga ada beberapa anak yaitu Tiara, Frana, Viana, Augteu.. Katy sepertinya sedang mengerjakan pr les yang belum dikerjakan. Ia lalu pergi ke guru lesnya, meminta soal yang akan dikerjakan. Ia duduk di samping Felly. Nama lengkap Nonna adalah Elia Nonna Rasyomonali felinotipa. Sedangkan Tara adalah Esther Tara Relifaretoli Felinotipa. Ia mengerjakannya dengan sangat teliti. Felly yang melihatnya terheran-heran. Tidak biasanya ia serius seperti itu. Setelah selesai les, ia berjalan kaki pulang ke rumah.
“Halo Tara! Hai Mom!” kata Nonna. “Nonna, silahkan kamu duduk. Tara sedang les.” Kata Ibunya saat makan siang. “Ibunya memberikan 2 makanan. Ibunya memberikan pesan lagi. Isinya kalau kamu pelakunya, mengakulah. Ibu tak marah. Jika kamu pelakunya tolong ambil yang makaroni cheese kalau bukan kamu pilih koko crunch. Nonna ragu sekali. Dengan enggan ia memilih Koko Crunch. “Benarkah? Sepertinya kau ragu dengan keputusanmu! Ingat yang jujur loh Na!” kata Ibunya. Nonna dengan berat hati memakan makaroni cheese. Ibunya tersenyum. “Kamu mau mengaku dan meminta maaf pada Tara?” Tanya Ibunya. “Tidak!” kata Nonna tegas. Setelah di bujuk Ibunya ia mau. Sementara itu Tara sedang bersepeda pulang les matematika. “Ra, maafkan aku ya!” katanya pada Tara saat Tara tiba di rumah. Ibunya menjelaskan semuanya pada Tara. Awalnya Tara tak mau meminta permintaan maafnya. “Oke, aku terima tapi jangan mengulanginya!” kata Tara akhirnya menyerah. Mereka pun berbaikan. “Sebenarnya aku berbuat begitu karena aku sebal dan ingin kasih pelajaran padamu!” kata Nonna. Tara tertawa kecil. Ia lalu belajar matematika bersama dengan kakaknya. Nonna menelepon seseorang. “Tara! Tara!” teman-teman Tara muncul. “Sorry, ya Ra!” kata teman-temannya. Tara tersenyum senang. Kini ia tak perlu lagi bertengkar dan bermusuhan dengan Nonna dan teman-teman 1 sekolah. Mereka pun saling mengobrol di ruang tengah. Tara belajar dengan teman-temannya. Ibunya tersenyum.
Nonna berjanji tidak lagi suka menuduh. Tara berjanji tidak sensitif. Teman-temannya berjanji akan mengajak mereka berbaikan jika mereka bertengkar. Dan semua berjanji tidak akan bermusuhan, bertengkar, apalagi berbuat yang tidak-tidak. Setelah 3 tahun Tara dan Nonna lulus SMA. “Tara! Aku duluan ihhh!” kata Nonna. “Apaan sih Kak, aku duluan!” kata Tara tak mau kalah. Ibunya langsung melerai dan mengingatkan tentang janji Tara dan Nonna. Mereka pun tersenyum. Nonna membiarkan Tara masuk dulu ke Bus. Mereka akan retret ke Singapore. Mereka tak pernah lagi bertengkar sejak itu.

cerpen by Elsa Kristina

Tidak ada komentar:

Posting Komentar