Kamis, 06 Juni 2013


Tak terasa sudah tiga batang r*kok telah jatuh ke tanah, ditemani sunset aku tetap tak beranjak dari tempatku berdiri. Dengan lirih aku berucap kata “Tuhan… Maafkan aku”. Dan seketika itu aku merasa jiwaku terbawa kembali ke peristiwa beberapa hari yang lalu.
1. Prologue
Solo, 2 hari yang lalu
( song : andra the Backbone – saat dunia masih milik kita)
Universitas Negeri Solo siang ini cuaca redup dan mendung seakan–akan ingin menjadi sahabat bagi siapa saja yang ada di situ. Tidak seperti biasanya hari ini kawasan UNS terlihat sangatlah sepi entah karena mendung atau mungkin para penghuni kampus lagi males menjenguk tempat yang bisa bikin mereka pinter atau malah mereka lagi sibuk mencari hiburan dan untuk sementara mengabaikan dosen–dosen yang telah mereka bayar mahal demi kenikmatan sementara aku nggak tau tapi yang pasti aku kesini dengan satu tujuan, aku harus bertemu dia.
Namanya Anggi mahasiswa jurusan Komunikasi semester satu yang baru saja selesai ospek ( diplonco hehehe ), aku ngga tau apakah ospek itu sudah menjadi sebuah kewajiban dengan alasan pengenalan lingkungan kampus dan sekitarnya atau cuma ajang balas dendam para senior ( mahasiswa semester atas ) atau yang paling parah jadi ajang cari pacar buat para senior itu. Kita kembali ke Anggi, dia adalah ehm… mantan pacarku setahun yang lalu. Hubungan kami bisa di bilang Indah banget serasa dunia Cuma milik kami berdua ( yang lain ngontrak hehehe ) dan saat itu adalah saat terindah dalam hidupku setelah sekian lama aku mencari temen untuk hatiku, dia datang memberi aku harapan dan bersedia menawarkan hatinya untuk aku miliki. Hingga sampai pada suatu ketika aku merasakan kejanggalan pada hubungan kami. Dia selingkuh ma cowok temen satu sekolah waktu dia masih SMU.
Aku telah berjanji pada hatiku meski aku harus sakit dan menderita karena aku terlalu mencintai seseorang tapi kalau ternyata dia selingkuh apapun yang terjadi aku harus tinggalin dia dan itu yang terjadi pada Tahun baru 2009 kemarin. Ironis memang pada saat itu hampir sebagian besar yang berpacaran menghabiskan waktunya untuk berdua dengan pasangannya, aku malah putusin pacarku Tapi yang sudah terjadi biarlah terjadi lagi pula ga akan ada yang bisa memutar waktu, semua sudah di atur ma Yang Maha Kuasa.
Sudah satu jam lebih aku menunggu di depan kampus dan belum keliatan juga wajah cantiknya dihadapanku akhirnya aku putuskan untuk bertanya ke gadis yang sedang duduk di Gazebo samping kampus.
“maaf ganggu bentar Mbak aku boleh tanya–tanya ga?” tanyaku sambil memberi senyum simpatik ke gadis itu
“boleh Mas silahkan…” jawab gadis itu dengan membalas senyum ramahku tadi
“Mbak mahasiswa fakultas ini ya?” tanyaku lagi masih dengan senyum ramah bibirku
“ya mas ada yang bisa saya bantu?” jawabnya
“semester berapa mbak, aku lagi mencari temenku kebetulan dia anak sini semester satu?” tanyaku lagi
“kebetulan aku juga semester satu mas namanya siapa?” tanya dia penasaran
“Anggi Mbak” jawabku dengan nada sedikit serius
“kalau boleh tahu mas siapane Anggi, soale dari tadi pagi sudah ada 3 orang yang menanyakan keberadaan dia, dia sudah 2 hari ini ga muncul dan tadi 2 diantaranya yang mencari adalah keluarganya” jawab gadis itu dengan rasa penasaran yang semakin tinggi.
“aku sahabatnya Mbak, jadi dia ga pernah masuk ya?… waduh Mbak kenal deket ngga ma dia?” tanyaku penasaran
“deket banget Mas dan aku juga lagi bingung nyari dia, terakir kali ketemu dia di jemput cowoke trus pulang tapi kata keluargane sampe hari ini dia belum pulang, Hpne juga ga aktif” jawab dia dengan muka bingung
“eh..eh… lah trus nendi cah iki, Mbak udah hubungi cowoke?” tanyaku dengan atiku yang makin penasaran banget
“sudah mas tapi dia juga ga tau katane dia udah nganterin anggi di rumahnya tapi sampai sekarang ga ada yang tau keberadaan anggi dimana” jawab dia dengan nada kawatir
“Mbak tau dimana rumah cowoke” tanyaku
“Tau mas tapi pasnya aku ga tau, daerah belakang Solo Grand Mall namane Imam. Mas mau nyari Anggi ya aku boleh ikut ga?” jawab dia dengan rasa penasaran
“beneran mbak mau ikut? aku pasti nyari dia Mbak kalo keadaane udah kayak gini jujur aku kaget Mbak, Aku kesini pengen ketemu dia ada sesuatu yang ingin aku sampaikan ke dia” jawabku dengan setengah emosi
“Y mas, eh kalo boleh tau nama mas siapa?” tanyanya
“Andi, kalo Mbak siapa?” jawabku
“aku Mia , Andi? anak Sragen ya?” tanya dia penasaran
“ya kok mbak tau?” tanyaku penasaran
“Anggi cerita banyak tentang mas dulu, mas mantan cowok anggi to?” tanya mia
“ya gitu deh hehe” jawabku dengan sedikit lega karena anggi masih inget aku
“ehm kita nyari sekarang aja Mas pake motorku aja, mas kesini naik apa?” tanya mia
“kebetulan aku naik bis Mbak” jawabku
“jangan panggil Mbak hehehe panggil aja Mia atau mi aja, kita berangkat sekarang” jawabnya lugas
“Ok mi” jawabku dengan semangat
Suasana Solo siang ini makin gelap, segelap hatiku saat ini yang dihantui rasa penasaran untuk mencari tahu dimana Anggi sekarang. Di belakangku kulihat Mia dengan tatapan kosong dan dipenuhi berbagai macam pertanyaan tentang dimana dan bagaimana kondisi sahabat ceweknya.
“kita dah nyampe Mas?” kata mia
“ok aku tak tanya dulu ma bapak yang jualan di warung itu ya, eh namane siapa tadi?” tanyaku
“imam mas panggilane babe nek dirumah” jawab mia
Tanpa menjawab aku langsung menuju warung kecil di sudut gang kampung ini. setelah aku bertanya dan akupun dapat jawabannya rumah Imam ada tepat di depan warung itu.
“Mi rumahe ini tolong kamu yang ketukin ya soale yang kenal kamu” suruhku ke mia
“ok mas tenang ja…” jawab mia
Aku dan mia berjalan pelan ke rumah bercat biru dan tak berpagar itu sekilas terlihat betapa rapi rumah yang di depannya terdapat beragam pot tanaman hias ( jadi inget rumahku hehe ) meski kecil tapi pemilik rumah ga bisa bohong kalau ini rumah paling mewah yang ada di kampung ini, sangat Eropa banget bentuknya.
Mia memencet bel di samping kanan pintu rumah mewah ini dan terdengar suara daun pintu terbuka kemudian muncul seorang pemuda ganteng, tinggi dan putih. Itulah Imam, wow Anggi pinter juga milih pengganti aku beda banget dengan aku segala-galanya pokoke. Mia ngenalin aku ke Imam dan Imam terkejut saat tau siapa aku dan tiba–tiba dia melayangkan pukulan tanganya ke aku tapi berhasil ku hindari.
“hey, ada apa ini?” teriak aku
“bajingan kowe su! Anggi mbok apake? Gara2 kowe aku dituduh wong tuwone nyulik anggi!” bentak imam
“aku ra reti opo2 yo… aku mrene ki malah pengen reti enek opo ki kok anggi minggat!” Jawab ku dengan kata keras
“rasah nyelak kowe to seng marai anggi minggat? bar smsan karo kowe dekne berubah, aku ra reti opo2 di seneni.. rasah selak su!” jawab imam dengan emosi
“ok aku mang sms dekne tapi Cuma nanya kabar sama sekali aku ra bahas macem2 sampe ngakon dekne minggat, sumpah!” jawbku membela diri
Trus Mia memotong pertengkaran kami
“wes mas, semua bisa dibicarakan apik2…” potongnya
Akhirnya kita sepakat bahas masalah ini dengan kepala dingin, dan akhirnya aku tau bahwa 3 hari lalu aku smsan ma anggi dan setelah itu dy menghilang. Aku mencoba mengingat kembali semua yang aku tulis di sms kemarin, dan aku menemukan sesuatu yang aku cari…
“sori Ta ( aku biasa memanggil anggi dengan ‘ Ta ‘ namane Anggita ) aku Cuma sms kamu pengen tau kabar kamu aja dan kamu ga perlu marah, aku kangen banget ma kamu dan aku tahu kita ga seperti dulu lagi tapi paling engga aku pengen kita bisa deket lagi dan ga ada masalah yang mengganjal di ati kita masing2” itu smsku terakhir ma anggi 3 hari kemarin.
2. Titik Cerah
Malam hari di Solo, suasana dingin menyusupi setiap pori–pori tubuhku dan aku menyulut sebatang r*kok filter dan kuhisap sambil menyandarkan tubuhku ke tembok tempat kos Mia. dan pelan terdengar dari komputer mia “hari bersamanya” sheila on 7 serasa pas banget ni di atiku, Mia menyuruhku untuk sementara nginep di kosnya sampai kami semua bisa mengetahui dimana anggi berada.
“kopi mas?” suara mia mengagetkanku
“oh thanks y mi jadi repot ni” jawabku ga enak ati
“gpp mas santai ae. pie mas? masih belum tau alasan anggi pergi kenapa?” tanya mia
“belum mi, aku bingung ki kog iso y padahal smsku ya ga aneh2i ya wajar to nek mantan kangen karo cew seng pernah ada di hatinya?” jawabku
“ya wajarlah mas yoes mending kamu istirahat dulu aja tuh dah tak siapin slimut ma bantal. Pokoke besok nek ditanya temen2ku mas kakakku dari kampung gitu ja ok?” jelasnya
“siap mi, thanks banget y mi” jawabku dengan senyum kecil
“sama 2 mas, pokoke kita harus menemukan anggi secepatnya..” jawab mia
“oke mi” jawabku
Dan malam serasa merambat pelan, aku masih belum bisa memejamkan mataku tak terasa udah setengah bungkus r*kok tak sedut malam ini dan aku masih belum tau jawabannya.
Pagi datang dan dingin masih menyelimuti tubuhku, dengan pelan kubuka mata dan dikejutkan oleh mia yang sedang ganti baju disampingku. Aku mencoba menutupi biar dia mengira aku ga liat apa yang sedang dia lakukan.
“sante wae mas hehehe” dia melihatku dengan tersenyum
Mukaku memerah dan ga enak ati banget apalagi pas ganti baju dia ga memakai apa2 jadi dari dia pake bra sampai pakaian komplit aku melihatnya dengan mata tel*njang..
Tapi pikiranku masih sehat jadi aku mencoba menenangkan diri aja dan membuang jauh pikiran kotorku ke mia Cuma tak bisa aku pungkiri tubuh mia indah banget sangat proporsional untuk cewek seumuran dia.
“ndang mandi sek mas? ben seger pikirane?”
“wes seger og hehehehe” sahutku
“nakal tenan we hehehehehe” jawab mia seakan–akan tau apa yang aku pikirkan
Sori mi lha kamu yo marai nakal siapa suruh kamu bug*l di depanku.. sungguh gadis yang aneh
Siang ini berbeda dengan siang kemarin panas sangat terasa menyengat dan peluh terus bercucuran tanpa henti, aku dan mia menelusuri jejak–jejak anggi sebelum menghilang dari penuturan imam kemarin.
Menurut imam waktu terakhir ketemu ma anggi, imam Cuma nganterin di gang deket rumahnya setelah itu imam pulang.
Aku dan mia mendadak jadi detektif sedang yang melakukan penelusuran kasus orang hilang,
“mi tak coba tanya bapak itu ya?” tanyaku ke mia sambil mengernyitkan dahiku
Mia mengangguk pelan dan aku langsung menuju ke seorang bapak setengah baya yang sedang duduk di depan rumah tepat kanan gang tempat anggi terakhir kali singgah.
“permisi pak, maaf bisa minta waktunya sebentar?” pintaku ke orang tua setengah baya itu
“ya mas ada yang bisa saya bantu?” jawab bapak itu dengan ramah
“saya mau nanya apakah bapak kenal dengan gadis kampung sini yang namanya anggi kalo ga salah rumahnya yang bercat biru di samping rumah ini” tanyaku dengan senyum ramah tapi ati kawatir
“oh anggi ya ehm kenal banget mas.. mang da pa ya mas?” jawabnya dengan sedikit mimik curiga di wajahnya
“gini pak, bapak mungkin sudah mendengar kalo anggi menghilang 2 hari ini, kebetulan saya temen baiknya, saya kesini berniat mencari info kejelasan dari semua ini karena di depan rumah inilah terakhir kali anggi singgah terus setelah itu dia pergi” jelasku ke orang tua itu.
Dan kami pun ngobrol panjang lebar tentang masalah ini sampai akhirnya ada titik cerah dalam masalah ini.
“hey !!!” gertaku ke mia
“ya ampun kaget aku mas, kok lama banget ngobrole? Pie dapat info apa mas?” tanyanya serius
“banyak dan aku tahu kenapa anggi menghilang sekarang” jawabku dengan rasa optimis
“kenapa mas?” tanya dia penasaran
“tar tak jelasin yang pasti kita akan ke luar kota tapi sebelum berangkat aku harus menyelesaikan urusan ma imam bentar” jelasku ke mia
“imam?” tanya mia bengong
“ya tar tak critain semuane ma kamu key?” jawabku tegas
Mia mengangguk pelan.
3. Ketika dia menghilang
Motor itu melaju kencang di jalan raya Solo yang dipadati oleh kendaraan, maklum saat itu waktu aktivitas mayoritas kerjaan di Solo pada waktu pulang jadi tiap–tiap sudut jalan yang ada di situ padat semua. Sepasang kekasih saling diam tak berucap duduk di atas motor yang melaju kencang tadi. Kelihatan banget kalau mereka berdua lagi ada masalah.
“Yank, kok diem trus to, inget Andi yo gara2 dia sms tadi?” tanya cowok itu gundah
“jangan bahas dia lagi plis! Aku ga mau denger nama dia disebut lagi di kehidupanku !” jawab cewek itu dengan nada tinggi
“ok.. ok! kamu kenapa to? Marah–marah ga jelas!” tanya cowok itu lagi
Cewek itu diem tak menjawab.
Lalu mereka berhenti di perempatan sebuah gang di dalam perumahan.
“Nggi, ada apa to? Aku ga akan ninggalin kamu sebelum aku tahu sebenarnya ada apa ini!” tanya cowok itu
“aku pengen bilang ke kamu mam, aku mau pulang ke kotaku 2 hari jujur aja aku pengen merenungi masalah yang aku critain ke kamu kemarin” jawab anggi
“jadi itu masalahnya? kenapa harus pulang to? lagian itu kan dah berlalu… kamu sekarang dah jadi milikku dan selama ini kita baik 2 aja to” jawab imam tegas
“aku dah tau kamu akan jawab begitu… ya udah berarti kita putus aja!” jawab anggi
“hey… hey kog gitu to? kamu serius?” tanya imam
“aku rasa 3 bulan cukup untuk mengetahui semua sikapmu, kamu ga pernah bisa tau aku.. ga pernah bisa!” jawab anggi tegas
“apa! Berarti Kamu selama ini sama sekali ga bisa menghargai aku setelah semua yang telah aku lakukan untukmu!” jelas imam
“apa yang udah kamu lakuin buat aku! apa! Yang ada malah aku kamu manfaatin untuk kuliahmu!” jawab anggi tegas
Dan imam pun menampar keras wajah cewek yang sangat dicintainya itu. “plak!”
“ini udah berakhir mam” kata anggi bermandikan air mata
“sori aku dah bohongin kalian kemarin” jelas imam ke aku dan mia
“sekarang anggi ada di mana?” tanyaku kasar
“di kutoarjo dia di pantai dan kurasa mia tahu tempatnya” jawab imam
Aku dan mia langsung pergi dan meninggalkan imam di depan kampusnya yang sedang menahan perih di pipinya akibat pukulanku tadi. itu buat anggi mam paling enggak kamu juga harus ikut ngrasain apa yang dia rasa kemarin.
Dan aku pun memulai perjalanan ini dengan hati yang penuh tanda tanya, bagaimana semua ini akan berakhir? akankah kemenangan berpihak padaku setelah semua yang aku lakukan 2 hari ini? semua masih belum ada jawabannya…
4. Unforgetable Sunset
Kutoarjo kota di ujung Kabupaten Purworejo. ini pertama kali aku singgah ke kota yang menyisakan banyak luka di hatiku.
“kita belok ke kiri terus lurus aja ya mas” jelas mia ke aku menuju arah yang kami tuju
“key mi, masih jauh to” tanyaku
“kira2 dua kilo mas” jawab mia
Jantungku berdegup kencang, pikiranku gundah tak kupercaya aku berani menempuh perjalanan ini, seperti pertaruhan nyawa saja. siapa to aku buat anggi sekarang? ga lebih dari sampah kenangan masa lalu yang tinggal tunggu waktu untuk di buang dan di lupakan aja.Tapi atiku ga bisa boong, kesalahanku Cuma satu… aku terlalu mencintainya sampai aku dibutakan dari semua sikap buruk anggi ke aku waktu pacaran dulu.
“kita dah nyampe mas” sahut mia mengagetkanku dari lamunanku tadi
Suasana sejuk dan panas bercampur jadi satu, dan bau asin ciri khas pantai semerbak memenuhi indra penciumanku. aku telusuri jejak semu anggi di pantai ini dengan hati yang kacau setelah mendengar cerita dari imam kemarin. aku udah ga ada lagi dalam kehidupan anggi!
Dan degupan jantungku serasa berhenti ketika aku berdiri di sudut pantai sebelah barat sore itu dan sejenak aku kehilangan arah dan kehilangan kemampuan untuk berkata-kata lagi. Seorang gadis duduk terdiam sendiri di tengah keramaian pantai sore itu. dan mia pun menghampiri gadis itu dan ketika gadis itu bertemu mia. mereka berpelukan erat serasa sahabat yang baru bertemu setelah sekian lama berpisah. dia anggi gadis yang aku cari, aku rindu, aku perjuangin, dan sedikit aku benci selama ini.
“kenapa kamu pergi ta? Kamu tahu semua orang pada nyariin kamu?” tanya mia sambil menangis bahagia bertemu dengan sahabatnya yang hilang kemarin
“ortuku dah tak telpon tadi dan mereka dah tau aku disini jadi tenang aja mi. Kog Kamu bisa tahu aku ada disini trus kamu sama siapa kesini?” tanya anggi ke mia heran
“aku dapat info dari pak Jono tetangga kamu dan aku kesini sama seseorang yang selama ini mencintai kamu dengan tulus ta, berkat pengorbanan dia akhirnya aku bisa bertemu kamu disini, mungkin ini waktunya kalian bicara berdua.. inget ta dia sangat mencintai kamu” jelas mia ke anggi
“siapa mi? Tanya anggi serius sambil menoleh mencari tahu siapa orang yang dimaksud mia tadi
Dan mia pun ga menjawab terus berlalu meninggalkan anggi.
(song : olif – tentang rasa)
Jantungku berdegup makin keras “aku harus kuat!” batinku
Aku berjalan pelan sambil menyulut r*kok filterku menghampiri cewek yang selama ini mengganggu hatiku.
“Ta…” sapaku ke anggi
“mas?” jawab anggi sambil kaget dan seakan tak percaya bisa bertemu denganku lagi
“ya Ta ini aku Andi dan aku dah tahu semua kenapa kamu pergi” jawabku
Anggi menundukkan kepala dan kulihat matanya berkaca–kaca
“tak terasa ya dah 2 tahun dia meninggalkanmu. aku jadi inget dulu ta waktu prima ninggalin kamu, aku berjuang mati–matian hibur kamu tapi kadang aku masih kena imbase Cuma bedanya ga sampai kamu putusin hehe” jelasku sambil menghisap r*kok
Anggi masih menunduk tanpa sepatah katapun terucap dari bibir mungilnya.
“aku tahu ta mungkin aku salah nyusul kamu sampai ke sini tapi yang aku rasain kemarin sangat menyiksaku, aku bingung aku ga tahu apa yang harus aku lakukan ketika tahu kamu hilang, yang ada di pikiranku aku Cuma pengen ketemu kamu dan minta maaf” jelasku ke anggi
“minta maaf buat apa mas? aku yang salah” jawab anggi sambil menatap wajahku. Kulihat jelas air mata mengalir di wajahnya
“dari dulu aku ga pernah mencintai kamu, ketika kita pacaran aku ga sepenuhnya milikmu, aku lebih milih prima daripada kamu, sampe sekarang hatiku Cuma milik dia. ketika dia wafat sebenere aku pengen lupain kamu tapi tak urungkan karena aku sangat butuh kamu buat tenangin aku sampai pada suatu saat aku punya alesan kuat buat tinggalin kamu. Cuma belum sempat ku putusin kamu dah mutusin aku duluan” tutur anggi ke aku
Yang aku takutkan terjadi juga ternyata semua dugaanku benar, aku ga pernah dicintai anggi
“aku tahu sekarang dan aku sadar ternyata aku salah mas aku dah ngecewain kamu tapi aku harus jujur biar kamu tahu bahwa aku ga baik buat kamu!” jelas anggi lagi
“ok Ta aku tahu dan kamu ga perlu menjelaskan yang lebih detil lagi” jawabku dan menghirup udara dalam banget
“aku ga akan maksakan atiku buat kamu dan selama ini apa aku keliatan maksa kamu to? Nggak kan? selama ini aku dah tahu kalo aku tuh ga ada artine apa2 buat kamu, aku tahu banget tapi atiku ga bisa boong klo aku dah cinta ma kamu trus yang aku minta sebenere Cuma 1 ta… aku pengen deket ma kamu biar aku merasa deket ma cewek yang aku cintai dan ga akan nuntut apa 2 dari kamu Cuma itu tok !” belaku
Diantara suara deru ombak pantai dan indahnya matahari terbenam sore itu kami berdua hanya duduk terdiam membisu tanpa ada sepatah kata pun keluar dari bibir. entah apakah timbul sebuah penyesalan tentang apa yang aku lakukan selama ini atau dari hatinya karena telah menyakiti aku selama ini, aku ga tahu…
Malam ini di stasiun ramai banget, tapi aku sama sekali tak merasakannya seakan–akan aku hanya mendapati diriku seorang diri ditemani r*kok filterku duduk di bangku ruang tunggu stasiun ini. dengan berat hati aku coba melangkahkan kakiku menapakkan di lantai stasiun ini menuju ke gerbong kereta yang akan membawaku pulang ke kotaku… berat banget. Aku mencoba melupakan semua yang telah aku lakukan 2 hari ini di sini tapi aku rasa itu hal yang mustahil karena mungkin aku ga akan bisa melupakan kejadian ini seumur hidupku. Sekilas aku teringat kembali kejadian tadi sore waktu sunset di pantai.
“sudah saatnya aku pulang Ta, aku dah dapat jawaban yang aku cari selama 2 tahun ini” jelasku ke anggi
“maafin aku mas, aku ga habis pikir kenapa aku jahat banget ma cowok yang selama ini bener bener tulus cinta ma aku” jawab anggi dengan berurai air mata
Kupandang sunset itu lagi dan pikiranku kosong tidak bisa membedakan keindahan lagi.
Kucoba mengangkat tubuhku meski berat buatku dan kusulut r*kokku lagi, kuhisap pelan mersakan sensasi nikotin yang ada dalam r*kok ini.
“ati–ati ya mas aku yakin kamu pasti dapat yang terbaik nanti” kata anggi
Aku menoleh ke anggi dan aku menangguk sambil memberi senyuman kecil baginya dan aku tatap sunset itu lagi lalu kupandang anggi untuk yang terakhir kalinya, matanya yang berkaca–kaca menatap sunset itu dan sama sekali tidak menoleh kepadaku.
“kamu temenin anggi di sini ya? Aku mau pulang mi” pesenku ke mia
“tak anter sampai ke stasiun mas? plis?” pinta mia kepadaku seakan–akan merasa bersalah
“okelah mi” jawabku sambil memberinya senyum kecil untuk melegakan hatinya
Hatiku serasa dihantam oleh sebongkah batu besar dan melemparkan aku ke segala arah, aku kalah dalam permainan ini.
“maafin aku mas, aku ga bisa bantu banyak bikin anggi kembali ke kamu padahal mas udah total bantu aku mencari anggi, aku merasa bersalah banget” mia berkata seakan menyesali yang telah terjadi
“udah ga papa, cinta itu pengorbanan mi tak semua yang kita impikan itu terwujud, aku juga ga nyalahin anggi koq ini dah pilihannya, yang terbaik mungkin aku Cuma jadi kenangan indah buat dia yang terburuk ya aku Cuma jadi angin lalu dan dibuang kaya sampah gitu, tapi aku yakin anggi dah tahu posisiku… jadi yang terbaik atau sebaliknya aku yakin dia dah bisa milih koq” jelasku ke mia
“kamu orang yang sangat baik mas, moga aja kamu dapat yang lebih baik dari anggi” sahut mia
“ya udah aku pamit ya? jaga anggi baik–baik ya! moga aja kita bertemu lagi suatu saat nanti jujur kamu juga cewek yang baik” balasku ke mia
Lalu aku berjalan menuju stasiun tanpa menoleh ke belakang, aku tahu ini saatnya aku untuk menatap ke depan karena hidup tak akan pernah berjalan mundur…
( song : Andra the Backbone – selamat tinggal masa lalu)
5. Epiloque
Kereta inipun berhenti di sebuah kota kecil paling ujung timur jawa tengah. Sragen, kota tempat aku dilahirkan…
Ku tapakkan kakiku turun dari kereta ini dan kusulut r*kok filterku lagi entah udah habis berapa batang aku ga tahu yang pasti r*kok ini lah saksi dari segala apa yang terjadi kemarin dan terlanjur menjadi sahabat yang baik buatku selama 2 tahun ini.
“hey!” terdengar seseorang memanggilku dan buatku suara orang itu tidaklah asing buatku
“koq ndadak mbok jemput to ndes? pora kerja kowe?” tanyaku ke orang itu
“ora og wes tenang ae, pie perkembangane?” tanya orang itu
“critane panjang” balasku
Lalu kami berjalan menuju parkir sepeda untuk mengambil motor dan menuju pulang.
Orang tadi namane Nug, sahabatku yang paling baik dan aku ga bisa menjelaskan detail yang pasti aku happy banget bisa punya temen dia.
( song : radiohead : fake plastic trees )
Tak terasa sudah tiga batang r*kok telah jatuh ke tanah, ditemani sunset aku tetap tak beranjak dari tempatku berdiri.
Dengan lirih aku berucap kata “Tuhan…Maafkan aku”.
“aku ga tahu harus berbuat apa, aku ga bisa melepaskan dia dari hatiku selamanya”
Terdengar suara motor vespa di belakangku oh ternyata si nug temenku
“pie ndes? ikhlaske ae” kata nug
“angel ndes…” jawabku
Menatap sunset ini lagi Cuma beda tempat dengan yang kemarin…
“eh yo we digoleki cewek tumpakane mio merah pake tas item cilik, mau neng warnet bocahe ketoke penting banget trus engko bengi tak kon nemoni kowe neng omah”
“oh ya? jenenge sopo” balasku sambil senyum
“ora ngaku tapi jare dekne we reti” jawab nug
Lalu kami ngobrol sambil muter–muter pake vespa butut peninggalan kakeknya nug, di batinku aku tahu siapa sebenarnya cewek yang datang di warnet nug itu he..he.. ternyata dia masih inget ma aku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar